Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis: Contoh Soal HOTS Akidah Akhlak Kelas 11 Semester 1

Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis: Contoh Soal HOTS Akidah Akhlak Kelas 11 Semester 1

Pendahuluan

Kurikulum merdeka menekankan pentingnya pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills – HOTS) pada siswa. HOTS tidak hanya menuntut siswa untuk menghafal materi, tetapi juga mampu menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan solusi berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Dalam mata pelajaran Akidah Akhlak, HOTS menjadi krusial untuk membimbing siswa dalam memahami nilai-nilai keislaman secara mendalam, menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta merespons berbagai tantangan moral dan spiritual di era modern.

Kelas 11 semester 1 merupakan fase penting dalam pendalaman Akidah Akhlak. Siswa diharapkan telah menguasai konsep-konsep dasar dan mulai diarahkan untuk mengintegrasikan pemahaman tersebut dalam konteks yang lebih kompleks. Artikel ini akan menyajikan beberapa contoh soal HOTS Akidah Akhlak Kelas 11 Semester 1 beserta analisisnya, yang bertujuan untuk membantu guru dalam merancang pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan bagi siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis mereka.

Apa itu HOTS dalam Akidah Akhlak?

Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis: Contoh Soal HOTS Akidah Akhlak Kelas 11 Semester 1

Sebelum masuk ke contoh soal, mari kita pahami terlebih dahulu bagaimana HOTS diterapkan dalam Akidah Akhlak. HOTS mencakup empat tingkatan utama:

  1. Menganalisis (Analyzing): Memecah informasi menjadi bagian-bagian kecil untuk memahami struktur, hubungan, dan penyebabnya. Dalam Akidah Akhlak, ini berarti mengurai konsep-konsep, mengidentifikasi argumen-argumen pendukung, atau membandingkan berbagai perspektif.
  2. Mengevaluasi (Evaluating): Menilai kualitas, kebenaran, atau kelayakan suatu informasi, ide, atau solusi berdasarkan kriteria tertentu. Dalam Akidah Akhlak, ini bisa berupa menilai kebenaran suatu dalil, efektivitas suatu pendekatan akhlak, atau kesesuaian suatu tindakan dengan ajaran Islam.
  3. Mencipta (Creating): Menggabungkan berbagai informasi untuk menghasilkan ide, produk, atau solusi baru. Dalam Akidah Akhlak, ini bisa berupa merancang strategi dakwah yang relevan, menciptakan solusi atas permasalahan moral kontemporer, atau mengintegrasikan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan pribadi.

Contoh Soal HOTS Akidah Akhlak Kelas 11 Semester 1

Semester 1 Kelas 11 Akidah Akhlak biasanya mencakup topik-topik seperti:

  • Keimanan kepada hari akhir dan tanda-tandanya.
  • Prinsip-prinsip dasar akidah Islam (rukun iman).
  • Akhlak terpuji (misalnya, sabar, tawakal, ikhlas, jujur, adil).
  • Akhlak tercela (misalnya, sombong, iri dengki, fitnah, ghibah).
  • Hubungan antara akidah dan akhlak.

Berikut adalah beberapa contoh soal HOTS yang mencakup topik-topik tersebut:

Soal 1 (Tingkat Analisis)

Konteks: Fenomena maraknya konten negatif di media sosial, seperti ujaran kebencian, informasi palsu (hoax), dan konten pornografi, semakin mengkhawatirkan. Banyak generasi muda yang terpapar dan bahkan ikut menyebarkannya.

Pertanyaan: Analisislah bagaimana pemahaman yang lemah terhadap konsep iman kepada hari akhir dan prinsip menjaga lisan serta perbuatan dapat berkontribusi terhadap maraknya penyebaran konten negatif di media sosial di kalangan remaja. Jelaskan pula dua mekanisme pertahanan diri yang dapat dibangun berdasarkan akidah dan akhlak untuk mengatasi godaan tersebut.

Analisis Soal:
Soal ini meminta siswa untuk menganalisis hubungan sebab-akibat antara pemahaman akidah (iman kepada hari akhir) dan prinsip akhlak (menjaga lisan dan perbuatan) dengan fenomena sosial yang konkret (konten negatif di media sosial). Siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui definisi masing-masing konsep, tetapi juga bagaimana konsep tersebut saling terkait dan memengaruhi perilaku individu. Bagian kedua soal mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam merumuskan solusi praktis.

Contoh Jawaban Singkat (yang diharapkan):

  • Analisis Hubungan: Pemahaman yang lemah terhadap iman kepada hari akhir membuat remaja kurang menyadari konsekuensi pertanggungjawaban di akhirat atas setiap perkataan dan perbuatan mereka di dunia. Mereka mungkin berpikir bahwa dampak negatif dari ujaran kebencian atau penyebaran hoax tidak akan berujung pada azab ilahi. Sementara itu, prinsip menjaga lisan dan perbuatan yang merupakan cerminan keimanan, terabaikan. Akhlak tercela seperti namimah (menyebar fitnah) atau ghibah (menggunjing) menjadi mudah dilakukan tanpa rasa bersalah karena minimnya kesadaran akan murka Allah SWT dan hukuman di akhirat.
  • Mekanisme Pertahanan Diri:
    1. Memperkuat Muraqabah (Kesadaran Diawasi Allah): Dengan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, remaja akan lebih berhati-hati dalam setiap tindakan, termasuk dalam berselancar di dunia maya. Mereka akan berpikir ulang sebelum mengunggah atau membagikan konten yang berpotensi merusak.
    2. Mengamalkan Akhlak Sabar dan Ikhlas: Saat menghadapi provokasi atau konten negatif, remaja yang memiliki kesabaran dan keikhlasan akan mampu menahan diri untuk tidak terpancing emosi atau ikut menyebarkan kebencian. Mereka akan fokus pada hal-hal positif dan tidak terpengaruh oleh hal negatif.

Soal 2 (Tingkat Evaluasi)

Konteks: Dalam sebuah diskusi kelas mengenai akhlak terpuji, beberapa siswa berpendapat bahwa konsep tawakal sering disalahartikan sebagai sikap pasrah tanpa usaha sama sekali. Mereka mengkhawatirkan bahwa jika semua orang beragama bersikap demikian, kemajuan peradaban akan terhambat.

Pertanyaan: Evaluasilah pendapat siswa tersebut berdasarkan pemahaman yang benar mengenai konsep tawakal dalam Islam. Jelaskan mengapa kesalahpahaman ini bisa muncul dan berikan argumen yang memperkuat bahwa tawakal yang benar justru mendorong manusia untuk berusaha lebih giat.

Analisis Soal:
Soal ini menuntut siswa untuk mengevaluasi suatu pernyataan atau pemahaman yang beredar di masyarakat (atau dalam konteks diskusi kelas). Siswa harus mampu membandingkan pemahaman tersebut dengan konsep yang seharusnya berdasarkan ajaran Islam, lalu memberikan penilaian dan argumen yang logis untuk mendukung evaluasinya.

Contoh Jawaban Singkat (yang diharapkan):

  • Evaluasi Pendapat: Pendapat siswa tersebut tepat dan valid. Kesalahpahaman bahwa tawakal berarti pasrah tanpa usaha adalah pandangan yang keliru dan sering terjadi di masyarakat.
  • Argumen Pendukung:
    • Kesalahpahaman Muncul Karena: Kesalahpahaman ini seringkali muncul karena fokus hanya pada aspek "pasrah" atau "menyerahkan diri" tanpa memperhatikan syarat-syaratnya. Istilah "tawakal" seringkali dikontraskan dengan "usaha" (ikhtiar), padahal keduanya adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam Islam.
    • Tawakal yang Benar Mendorong Usaha: Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 159: "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadanya." Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa tawakal dilakukan setelah membulatkan tekad, yang berarti telah ada proses berpikir dan perencanaan untuk berusaha.
    • Contoh Konkret: Nabi Muhammad SAW sendiri adalah teladan terbaik dalam hal ini. Beliau senantiasa berusaha keras dalam dakwahnya, merencanakan strategi perang, dan berinteraksi dengan dunia, namun di saat yang sama beliau juga bertawakal kepada Allah. Para sahabat juga demikian, mereka berdagang, bertani, dan berhijrah sambil bertawakal. Tawakal yang benar adalah meyakini bahwa hasil akhir dari segala usaha adalah kehendak Allah, namun usaha itu sendiri adalah perintah dan bagian dari proses yang harus dijalani. Tanpa usaha, tawakal hanyalah angan-angan kosong.

Soal 3 (Tingkat Analisis dan Evaluasi)

Konteks: Di beberapa lingkungan, masih sering ditemukan praktik kecurangan dalam berbagai bentuk, seperti mencontek saat ujian, memanipulasi timbangan dalam berdagang, atau memberikan gratifikasi ilegal untuk mendapatkan keuntungan. Perilaku ini seringkali dibenarkan dengan alasan "demi kelangsungan hidup" atau "semua orang juga begitu".

Pertanyaan: Analisislah bagaimana akhlak tercela seperti dzalim (aniaya) dan ghasyy (curang) berakar dari kelemahan iman, khususnya pada keyakinan akan keesaan Allah (Tauhid) dan hari pertanggungjawaban. Kemudian, evaluasilah keabsahan argumen "demi kelangsungan hidup" dan "semua orang juga begitu" sebagai pembenaran atas perbuatan tersebut dari perspektif akidah Islam.

Analisis Soal:
Soal ini menggabungkan dua tingkat HOTS. Pertama, analisis terhadap akar permasalahan perilaku tercela yang dikaitkan dengan kelemahan akidah. Kedua, evaluasi terhadap argumen-argumen pembenaran yang sering muncul di masyarakat. Siswa harus mampu mengaitkan antara akidah (tauhid, hari akhir) dengan akhlak tercela, dan kemudian menilai validitas pembenaran yang digunakan.

Contoh Jawaban Singkat (yang diharapkan):

  • Analisis Akar Kelemahan Iman:
    • Kelemahan Tauhid: Ketika seseorang tidak benar-benar meyakini keesaan Allah dan kekuasaan-Nya yang mutlak, ia cenderung mencari perlindungan atau solusi dari selain Allah. Ini bisa berarti bergantung pada kekayaan, jabatan, atau bahkan cara-cara yang haram demi "kelangsungan hidup". Mereka melupakan bahwa rezeki datang dari Allah dan bahwa kekuatan terbesar ada pada-Nya. Pelanggaran terhadap dzalim dan ghasyy menunjukkan bahwa fokusnya bukan pada ridha Allah, melainkan pada kepuasan diri atau pemenuhan kebutuhan duniawi semata.
    • Kelemahan Keyakinan Hari Pertanggungjawaban: Jika seseorang tidak yakin atau lalai terhadap pertanggungjawaban di hari akhir, ia akan berani melakukan apa saja di dunia ini. Hukuman dan balasan Allah di akhirat terasa jauh atau bahkan tidak dipercaya. Akibatnya, ia merasa bebas melakukan kecurangan atau kezaliman karena tidak ada "konsekuensi" yang ia rasakan. Ia mengabaikan firman Allah bahwa setiap perbuatan sekecil apapun akan diperhitungkan.
  • Evaluasi Argumen Pembenaran:
    • "Demi Kelangsungan Hidup": Argumen ini tidak sah dan bathil dari perspektif akidah Islam. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Ar-Razzaq (Maha Pemberi Rezeki) dan bahwa rezeki yang halal adalah berkah. Mencari rezeki dengan cara yang haram, meskipun terlihat "menyelamatkan" di dunia, justru akan mendatangkan kerugian besar di akhirat. Kehidupan duniawi hanyalah sementara, sedangkan kehidupan akhirat adalah abadi. Menghalalkan segala cara demi duniawi berarti menukar kebahagiaan abadi dengan kenikmatan sesaat yang penuh dosa.
    • "Semua Orang Juga Begitu": Argumen ini juga tidak sah dan merupakan bentuk kepasrahan pada kebatilan. Islam menekankan pentingnya menjadi pribadi yang berbeda dan berpegang teguh pada kebenaran meskipun sendirian. Mengikuti mayoritas dalam kebatilan adalah kesesatan. Hadis Nabi SAW mengingatkan bahwa "kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta… sehingga jika mereka masuk ke lubang biawak pun kalian akan mengikutinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab, "Siapakah lagi kalau bukan mereka?" Ini menunjukkan bahwa mengikuti kebiasaan buruk mayoritas bukanlah alasan untuk meninggalkan ajaran agama.

Soal 4 (Tingkat Mencipta)

Konteks: Di era digital ini, tantangan untuk mengamalkan akhlak terpuji seperti jujur, adil, dan amanah semakin kompleks. Berita bohong (hoax) mudah menyebar, penipuan online marak terjadi, dan persaingan yang tidak sehat seringkali mewarnai dunia kerja maupun akademis.

Pertanyaan: Rancangkanlah sebuah kampanye singkat (dalam bentuk slogan dan deskripsi singkat program) di lingkungan sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan praktik akhlak jujur, adil, dan amanah di kalangan siswa kelas 11. Jelaskan bagaimana kampanye ini akan mengintegrasikan ajaran akidah tentang keimanan kepada Allah dan rasul-Nya serta pentingnya hisab (perhitungan amal) di akhirat.

Analisis Soal:
Soal ini berada pada tingkat kreasi atau penciptaan. Siswa dituntut untuk menggabungkan pengetahuan mereka tentang konsep akhlak terpuji dan ajaran akidah untuk merancang sebuah solusi praktis dan inovatif. Mereka harus berpikir kreatif dalam merumuskan pesan (slogan) dan program yang relevan.

Contoh Jawaban Singkat (yang diharapkan):

  • Nama Kampanye: "JAA: Jati Diri Akhlakul Karimah" (Jujur, Adil, Amanah)
  • Slogan: "Jujur di Hati, Adil di Tindakan, Amanah Jadi Kebiasaan. Wajah Mukmin Sejati, Bekal Dunia Akhirat."
  • Deskripsi Singkat Program:
    Kampanye "JAA: Jati Diri Akhlakul Karimah" akan dilaksanakan selama satu bulan penuh dengan berbagai kegiatan yang terintegrasi, yaitu:

    1. "Sesi Dialog Akidah & Akhlak": Mengadakan seminar atau diskusi interaktif yang mengundang ustadz atau tokoh agama untuk menjelaskan kaitan erat antara keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kewajiban bersikap jujur, adil, dan amanah. Akan ditekankan bagaimana setiap amal perbuatan dicatat dan akan dihisab di akhirat nanti. Pembahasan akan fokus pada QS. Al-Ma’idah: 8 (tentang keadilan) dan hadis-hadis tentang kejujuran dan amanah.
    2. "Jujur Challenge": Siswa diajak untuk melakukan tantangan kecil setiap hari, misalnya mengakui kesalahan sekecil apapun kepada guru atau teman, melaporkan barang temuan dengan jujur, atau tidak mencontek saat kuis dadakan. Hasil tantangan dapat dibagikan melalui media sosial sekolah (dengan tetap menjaga privasi) atau dicatat dalam jurnal pribadi.
    3. "Sudut Adil Sejahtera": Membuat sebuah area di sekolah yang diperuntukkan untuk kegiatan berbagi (misalnya, donasi buku bekas, makanan ringan). Siswa diajak untuk berkontribusi secara adil dan amanah, serta merasakan kebahagiaan berbagi yang diajarkan dalam Islam.
    4. "Pojok Inspirasi Akhlak": Menempelkan kutipan-kutipan inspiratif dari Al-Qur’an, Hadis, atau kisah teladan para nabi dan sahabat yang menekankan pentingnya jujur, adil, dan amanah, serta konsekuensi dari pelanggarannya di dunia dan akhirat.
    5. "Penghargaan JAA Award": Di akhir kampanye, akan diberikan penghargaan kepada siswa yang paling konsisten menunjukkan perilaku jujur, adil, dan amanah dalam kesehariannya, berdasarkan observasi guru dan partisipasi siswa.

    Integrasi Akidah:
    Setiap kegiatan akan selalu dikaitkan dengan keyakinan fundamental seorang Muslim. Bahwa Allah SWT Maha Melihat (Al-Bashir) dan Maha Mengetahui (Al-‘Alim) setiap apa yang kita lakukan, bahkan yang tersembunyi sekalipun. Keimanan kepada Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah kebenaran juga akan ditekankan sebagai suri teladan dalam seluruh aspek kehidupan. Konsep hisab di akhirat akan menjadi pengingat kuat bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi abadi. Kampanye ini bertujuan untuk membentuk karakter mukmin sejati yang menjadikan akhlak mulia sebagai kebutuhan spiritual, bukan sekadar kewajiban formal.

Kesimpulan

Soal-soal HOTS dalam Akidah Akhlak tidak hanya menguji pemahaman siswa, tetapi juga kemampuan mereka untuk berpikir secara kritis, kreatif, dan solutif. Dengan membiasakan diri menjawab dan menganalisis soal-soal seperti contoh di atas, siswa diharapkan dapat lebih mendalami nilai-nilai ajaran Islam, menginternalisasikannya, dan menerapkannya dalam menghadapi berbagai kompleksitas kehidupan. Guru memiliki peran penting dalam merancang pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencapai tingkat berpikir ini, bukan hanya sekadar menyampaikan materi, melainkan membimbing siswa untuk menjadi pribadi Muslim yang berakhlak mulia dan berintegritas.

Pengembangan HOTS dalam Akidah Akhlak adalah investasi jangka panjang untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga kuat secara spiritual dan moral, mampu menjadi agen perubahan positif di masyarakat.

Catatan:

  • Artikel ini berusaha mencapai sekitar 1.200 kata. Jumlah kata dapat sedikit bervariasi tergantung pada kedalaman penjelasan dan contoh jawaban yang diberikan.
  • Contoh jawaban singkat di atas hanyalah ilustrasi. Dalam penilaian sebenarnya, guru akan mencari kedalaman analisis, kebenaran konsep, dan keruntutan argumen siswa.
  • Topik-topik yang dibahas dalam soal dapat disesuaikan dengan silabus spesifik yang digunakan oleh sekolah.

Semoga artikel ini bermanfaat!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *